Slim Jim Antenna merupakan antena yang cukup powerfull ketimbang antena groud-plane atau antena 5/8 lamda. Antena ini tidak familiar dan tidak ada yang memproduksi secara masal karena ya itu tampilannya tak sekeren antena hai-gain buatan Jepang dan Amerika. Tetapi dari sisi kemampuan Slim Jim Antenna ini melebihi dari antena 5/8 lamda . Antena ini sangat cocok untuk anda yang berkerja di VHF dan UHF.
Desain antena ini dikembangkan oleh OM Judd, G2BCX pada dekade 70an, dan cukup mendunia pada masanya. Judd mengembangkannya dari Antena J-Pole yang lebih duluan populer (terutama di Amrik), yang meru pakan contoh klasik pemakaian quarter wave (1/4λ) matching STUB untuk mengumpan antena 1/2λ dari salah satu ujung (end-fed), yaitu pada titik voltage maxima-nya.
Stub dibuat dari 2 potong kawat (ato tubing) sepanjang 1/4λ yang diparalel, tapi hanya salah satu ujung saja (biasanya ujung bawah) yang saling terkonèk (ato di-serie). Sepanjang stub tersebut, dari atas (titik sambung dengan elemen antena) ke arah bawah (titik dengan shorting bar yang menghubungkan kedua kaki stub) besaran impedansi-nya akan bergerak menurun. Dengan denaik-turunkan posisi “shorting bar” sepanjang sisi bawah stub, ato menggeser-geser titik koneksi antara ujung inner conductor coax dan kaki matching stub (x) ato me-main-kan bukaan trimmer 20 pF (yang diserie dengan inner conductor coax) bisa dicari titik pengumpanan (feedpoint) dengan impedansi 50 ohm yang sama dengan impedansi saltran/coax-nya sehingga bisa didapat SWR 1:1 di situ.
Karena di-install pada posisi tegak terhadap permukaan bumi, J-pole berpolarisasi vertikal dengan arah pancaran yang omnidirectional. Vertical radiation (arah pancaran pada bidang vertikal) cenderung mengarah ke atas, yaitu ke ujung atas antena, yang sebenarnya kurang bagus untuk antena omnidirectional, karena idealnya radiasi vertikal tersebut bisa mengarah SEJAJAR (parallel) dengan Ground.
Kondisi ideal inilah yang oleh G2BCX lantas dijajagi dan dikembangkan dengan Slim Jim-nya. Sebutan Slim Jim (= Jim yang langsing) merujuk kepada tongkrongan rancangan ini, yang kelihatan langsing dengan menggunakan J–I–M, akronim dari J– Integrated-Matching system (sistim penyelaras berbentuk huruf J yang menyatu/integrated dengan antenanya). Dengan sudut pancaran (radiation/take off angle) yang cukup rendah, Judd meng-claim Slim Jim bisa 50% lebih efisien ketimbang 5/8λ Ground Plane yang teoritis bisa menghasilkan Gain sekitar 3.3 dBi ato = 1.2 dBd, yang setara dengan ratio penguatan sebesar 1.3x pancaran vertical half wave Dipole biasa.
Peningkatan kinerja pada Slim Jim
Berbeda dengan J-Pole yang memakai Dipole 1/2λ sebagai radiator, Judd memakai 1/2λ FOLDED Di- pole (dipole yang dilipat) sebagai radiator pada rancangannya. Teoritis, pemakaian Folded Dipole yang sebenarnya merupakan sebuah mini Loop dengan elemen sepanjang 1λ (2x 1/2λ) sudah memberikan setidaknya sekitar 1,5 – 2 dBd, walaupun sebenarnya bukan penambahan Gain ini benar yang diuber Judd.
Dengan Folded Dipole yang ditegakkan (vertikal) dan diumpan di salah satu ujung (end-fed) lewat 1/4λ matching stub inilah G2BCX lantas menemukan antena yang dapat memberikan pancaran yang nyaris sejajar (= 00) terhadap Ground, sehingga pancar- annya benar-benar terarah, menyebar lurus (ke arah luar) dan sepenuhnya omnidirectional. Sebagai perbandingan, seperti di sebut di atas pada antena 1/4 dan 5/8λ GP/ground plane serta J-Pole pancarannya justru mengarah keatas (tilted up) dengan sudut pancar (radiation angle) sekitar 300 atau malah lebih (!)
Distribusi arus/current distribution (garis lurus __ pada gambar) pada kedua kaki Folded Dipole fasanya sama (=equal), sedangkan pada kedua kaki Stub fasanya saling berbalikan (=opposite), sehingga pada stub tersebut TIDAK usah di- khawatirkan akan ada arus RF liar (imbalance atau common mode current) yang bakal merobah pola radiasi/radiation pattern, menyebabkan RF feedback dan berbagai efek negatip lainnya. Adanya stub ini membuat Slim Jim sama sekali tidak memerlukan radials atau ground, sehingga praktis buat dibawa-bawa ber-EmComm/ ARES, Dukom/Bankom, Field Day, WKG portable atau dibawa mudik (!)
Seperti disebutkan di atas, di sisi bawah 1/4λ stub tersebut akan didapatkan titik low impedance (untuk dikonèk ke coax), sedangkan sisi atas yang berimpedansi tinggi lantas berfungsi sebagai coupler yang tersambung ke titik dengan high impedance di ujung bawah radiator/elemen antena.
Pada rancangan Slim Jim inner conductor (dan shield/outer braid) coax langsung dikonèk ke kaki- kaki stub, TANPA diseri dengan trimmer seperti pada J-Pole. Alih-alih merubah bukaan trimmer, penalaan dilakukan dengan menaikturunkan secara berba- rengan (simultan) titik-titik koneksi (x) pada kedua kaki stub tersebut.
Membuat (dan merakit) Slim Jim antenna
Slim Jim tidak terlalu rewel dalam pembuatan dan perakitannya. Hampir semua jenis konduktor bisa dimanfaatkan untuk ‘ngebahan antena ini: kawat jemuran, kawat las, ruji-ruji roda sepeda/becak/ motor, kawat tembaga berbagai diameter, aluminium tubing segala ukuran (dari segi kepantasan dan kemudahan penanganan serta pengerjaan biasanya dipakai diameter 1/4 – 3/8”), ataupun 300 ohm TV feeder yang memang terdiri dari dua ler konduktor yang di-mold jadi satu dengan spasi +/- 1 cm itu. Kalo’ mau dibikin dari aluminium tubing, bagi yang punya alat untuk menekuk pipa tentunya ‘nggak masalah untuk membuat tekukan pada ujung atas folded dipole tersebut, tapi buat mereka yang cuma dilengkapi alat bertukang yang paling basic, ya terpaksa aluminum tubing dipotong-potong dulu sesuai ukuran, baru kemudian saling disambung seperti pada gambar berikut:
TIPS: bikin slit – belahan – sepanjang 0.5 – 1 cm di ujung-ujung potongan pipa yang mau disambung., kemudian dengan palu kethok pelan-pelan bagian yang sudah dibelah tersebut sampe pipih dan rata. Untuk ukuran antena bisa merujuk ke Slim-Jim Antenna Calculator
Penyambungan dilakukan dengan meng-gathuk-kan (mempertemukan) potongan-potongan aluminum di bagian yang sudah diratakan tersebut, trus disatukan dengan sekrup atau rivet.
Seperti terlihat pada gambar, ujung bawah salah satu kaki Folded Dipole terus ‘nyambung ke kaki matching stub, sedangkan satu kaki lainnya harus diisolir dengan isolator sebelum disambungkan dengan kaki lain dari stub. Isolator bisa dibahan dari acrylic ato fiber- glass rod, dowel kayu, PVC (pralon), atau berjenis plastik atau kalo’ terpaksa bisa aja memanfaatkan bekas batang ball point ato supidol (!).
Supaya rapi dan kokoh, seyogya- nya kaki-kaki stub ini di-mount dengan sekrup atau rivet juga pada sekeping pertinax, acrylic, fiber- glass, ato plastik tebel sakne- munya, yang nantinya bisa sekalian difungsikan sebagai dudukan (mounting bracket) untuk ‘megang sepotong dowel ato pipa PVC untuk mounting struktur antena ke mast atau tiang . Kalo’ ‘nggak bisa ‘ndapetin keping acrylic ato berjenis plastik yang disebut di atas, bisa aja diakalin dari tripleks ato plywood, yang sebelum dipaké tentunya kudu dibikin water & weather proof dulu dengan mencatnya tebal- tebal paké cat epoxy ato cat yang berbahan dasar acrylic.
Penalaan
Pasangkan alligator clip (jepit buaya) pada ujung-ujung inner conductor dan shield coax, terus jepitkan ke masing-masing kaki stub pada posisi +/- 15 cm dari bawah (area yang biasa disebut sebagai coldend). Injeksikan signal dan lihat penunjukan SWR-nya. Kalau semua petunjuk perakitan dan instalasi diikuti Dengan baik dan seksama, pada kesempatan pertama di-suntik RF tersebut biasanya SWR < 2:1 sudah bisa langsung ketemu. Sekarang tinggal proses fine tuning untuk mendapatkan SWR 1:1, yang bisa dilakukan dengan pelan-pelan menaik-turunkan posisi jepitan sambil mengamati penunjukan SWR.
Kalau SWR 1:1 sudah ditemukan, tandai titik jepitan terakhir tersebut. Ganti alligator clip dengan cable shoe, terus dengan sekrup tanam/self tapping screw sekrupkan kedua ujung coax tersebut ke masing-masing kaki yang sudah ditandai tadi.
Nah, gampang kaan? Tinggal naikin aja Slim Jim ini ke ketinggian +/- 6 mtr (satu pipa), and GO …, UR QRV for 5.9.9 SIGS REPORT both way NW (!)
73 es GL, de bam yb0KO/1
*Repost dari artikel dari YB0KO – Bambang Soetrisno ( http://yb0ko.blogspot.com/) / http://kambing.ui.ac.id/onnopurbo/orari-diklat/teknik/antenna/docs/SLIM%20JIM%20Antenna.pdf
Jadi Inner sama ground pada rg58 yang disambung pada kaki stub itu tersambung jadi satu pada konektor yang terhubung ke HT om? Kalau terhubung jadi satu antara inner dan ground rg58, bahaya tidak untuk HT kelas china om? Final melemah tidak?
Tidak bahaya asal di matching dengan SWR
om apa bisa dimodifikasi menjadi dual band vhf/uhf?
untuk dualband saya sarankan pake J-Pole Om…. karena bisa dibuat dua reflektor (vhf dan uhf) dengan pengukuran sesuai dengan frekwensi kerjanya
Mohon maaf…berdasarkan pengalaman sy dan temen2 radio amatir, HT cina jika pake antena sistim ‘short’ ( inner & ground saling terhubung ) receivenya kurang peka om…utk HT cina lebih baik pake antena dgn sistim inner dan ground tidak saling terhubung.
Utk final HT / Rig itu tergantung pemakaian matching pada antena, jika antena tidak matching pada frekuensi kerja maka final bisa jebol.
ya betul untuk HT Cina tidak rekomended pake antena ini ……
Untuk setiap penggunaan antea pada frekwesni kerja memang seharusnya dilakukan matching dulu…
singkat cerita saya ada ht jepang alinco dj-w500 dual band apakah cocok dengan antena ini om. karena ht china banyak yg bilang tidak cocok dengan antena model konslet apakah karena dual band. ini kebetulan py saya alinco tp dual band.
dicoba saja bang…..