Press "Enter" to skip to content

Kenangan Lama: Ban Radio Gelombang Pendek 80 Meter

Disimpan lama sebagai dokumentasi coretan gambar skema elektronika oleh Mas Sulistyo Pambudi Agung. Lembar-lembarnya yang lusuh itu, menunjukkan bahwa gambar dan buku perekam skema elektronikanya itu berasal dari jaman lampau. Saat komunikasi radio di ban radio 80 meter masih menjadi primadona, selalu ditunggu dan dipantau, selalu ramai dengan berbagai perbincangan, saat banyak orang yang hobinya elektronika mencoba untuk pertama kalinya memancar di udara. Pada masa itu, orang biasanya berusaha memancar dari sekitar frekuensi 3,0 MHz sampai dengan sedikit di bawah frerkuensi 5,0 MHz; pada suatu ban radio gelombang pendek yang terkenal dan disebut ‘Tropical Band’ (ban tropika). Ban radio ini, jika digunakan untuk berkomunikasi, bisa mencapai jarak jangkau komunikasi sampai ribuan kilo-meter, antar pulau, bahkan juga antar benua, terutama pada malam hari.

Pada masa itu, banyak orang yang menggunakan tabung radio buatan Eropa dan Amerika, tipe 6V6, 6L6, 807, ATS-25, 1625, EL34, 6CA7, EL84, EL95, 5763, 6CB6, 6AG7, 12AT7, ECC81, dan juga tabung ‘priyayi’ 6146 (six one forty six); lalu sesekali juga ada tabung radio buatan Russia, seperti GU-50 yang luar biasa, 6V6 Russia, dan 6L6 Russia. Dan sesekali juga muncul pengguna tabung radio tipe 832 dan 829, yang punya ‘dua kuncung’ anoda, bisa beroperasi sampai frekuensi yang sangat tinggi (VHF), dan bentuknya seperti piringn terbang. Baru belakangan kemudian, orang mengenal tahung berdaya besar, seperti tipe 813 atau yang lebih besar lagi.

Rangkaian skema pemancar radio AM seperti yang ditampilkan ini, bolehlah dikatakan sebagai ‘skema standar pemancar radio’ gelombang pendek gaya tahun 1970-an (atau gaya sebelumnya). Rangkaiannya sebagian besar ya seperti itu. Tabung radionya saja yang diganti dengan tipa lain. Pada masa itu, pemancar radio gelombang pendek yang menggunakan tabung radio, lazimnya dibangun satu tingkat (pakai kristal kuarsa, jenis ‘power oscillator’), dua tingkat (pakai kristal kuarsa atau ‘variable frequency oscillator’ / VFO), dan tiga tingkat (pakai VFO, RF buffer amplifier/eciter, dan RF final amplifier). Dari ketiga tipe ini, dua tipe yang terakhir (dua tingkat dan tiga tingkat) boleh dikatakan merupakan nyang paling populer dan banyak peminatnya.

Untuk melakukan proses modulasi AM, biasanya digunakan ‘trafo modulasi’ (modulation transformer). Tapi, karena trafo modulasi itu bisa dikatakan barang langka, maka orang sering melakukannya menggunakan dua trafo audio yang disambungkan dalam konfigurasi ‘back to back’. Beberapa sahabat saya (termasuk saya), malah menggunakan trafo catu daya, yang difungsikan sebagai trafo modulasi. Pada kondisi yang lebih buruk lagi, kita bahkan bisa menerapkan sistem modulasi versi Heising, yang menggunakan trafo neon 40 watt, sebagai ‘audio choke’ pada saluran tegangan tinggi (tegangan catu ke anoda). Harus banyak akal dan kreatif, kalau mau lancar berkomunikasi.

Tegangan catunya? Biasanya berkisar di antara 250 Volt DC sampai dengan sekitar 750 Volt DC. Cukup tinggi dan cukup membuat orang memaki-maki menyebut seluruh binatang di kebun binatang, saat kena ‘stroom’ tegangan tinggi itu, saat tersentuh anggota badan kita. Mereka yang pernah mengalaminya, pastilah bisa bercerita panjang-lebar pengalamannya, berkenaan dengan teknologi tabung radio ini….

Repost dari tulisan Bram Palgunadi di group Telegram

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mission News Theme by Compete Themes.